Senin, 15 Juni 2009

Kisahku

Suasana kelas sedikit gaduh. Suasana masih pagi. Pelajaran jam pertama dimulai. guru telah selesai melakukan presensi terhadap murid-muridnya.
"Sudah dua hari Aldi tidak masuk".Bu Suci melayangkan pandangan ke seluruh kelas. Kelas tetap hening, tampak siswa kelompok belakang berbisik-bisik.
"Biar perusuh itu tidak masuk Bu! Kami malahan sangat senang".
"Kalau bisa sampah itu dikeluarkan saja dari sekolah!"
Bu Suci terkejut dengan tanggapan Hasyim dan Andi. "Jangan memberi cap pada seseorang. Apa perusuh harus disingkirkan jauh-jauh dan dibuang?
"Dia bukan hanya perusuh tetapi selalu menyakiti dan mengganggu ketenangan kelas ini, dia juga selalu menyulitkan Ibu kan?"tambah Rini.
"Tapi ......tidak harus kita membencinya. Dia butuh cinta kita. Dia sedang mengalami masa sulit dalam keluarganya. Tanpa mengetuk pintu Aldi masuk kelas dengan mata yang tajam menatap dan mendekati Bu Suci.
"Aib apa yang telah diberitahukan kepada kalian semua tentang keluargaku?"Aldi melotot kepada teman-temannya dan berdiri di depan kelas kemudian dia mendekat ke arah Bu Suci.
"Kamu bicara apa Al?"Andi membentak dan berdiri.
"Dan aku peringatkan sekali lagi, jangan terlalu banyak mencampuri masalah pribadi keluarga saya!". Aldi mendekati Bu Suci dan mengarahkan jarinyake dagu Bu Suci. Siswa-siswa gaduh.
"Aku tidak takut dengan ancamanmu. Aku hanya ingin menolang anak didikku, Aldi". Bu Suci terus mendekati Aldi.
''Jika Ibu teruskan mengorek-ngorek tentang aib keluargaku, aku bisa membunuh Ibu!". Siswa semakin gaduh dan beberapa siswa berlari maju menarik tangan Aldi.
"Jangan Al,"sergah Rini disusul suara-suara yang lain.
"Biar! Jangan halangi! Biar dia belah dadaku! Biar dia tahu aku ingin....". Bu Suci lari keluar kelas menahan tangis.
"Kamu keterlaluan Al!". Andi membentak Aldi.
"Tapi dia selalu menyebarkan aib keluargaku". Aldi tetap teguh dengan ucapannya.
"Omong kosong! Tidak pernah itu dilakukannya! Ucapannya selalu menganjurkan cinta dan pemahaman",ujar Andi.
"Barusan sebelum kamu masuk dia yang menyadarkan kami bahwa kamu harus dipahami dengan cinta. Eh malah kamu...! Buru-buru Aldi memotong ucapannya Dhani. "Cukup Dhan! Aku sangat lelah dengan masalah keluargaku!". Aldi menunduk.
"Minta maaflah pada dia, kami semua akan mengantarmu!". Aldi beranjak dari tempat duduknya diikuti teman-temannya.
Di ruang kepala sekolah. Kepala sekolah dan Bu Suci tampak berbincang. "Lagi-lagi Aldi bikin ulah! Kali ini kita harus tegas Bu! Dia harus dikeluarkan!'
"Beri saya kesempatan sekali lagi Pak!"
"Dia sudah mau membunuh Ibu! Apa Ibu tidak takut?"
"Jangan Pak, jangan keluarkan dia! Saya yakin dia anak baik. Masalah dalam keluarganya yang membuatnya hilang kendali".
Aldi masuk kantor dengan menunduk. "Ibu benar..... aku terlalu rapuh, aku tak tahu harus bagaimana menghadapi masalah ini".
"Syukur kamu cepat menyadarinya". Kepala sekolah meninggalkan ruangan.
"Maafkan saya Bu! Aku salah menafsirkan kepedulian Ibu selama ini".
"Sudahlah Al....!"
"Aku telah banyak menyengsarakan teman-teman dan guru-guru di sekolah ini! Aku bingung Bu! Ibuku, ayahku, semuanya membuat aku...!"Aldi menahan tangis dan menghadapkan muka ke tembok dan mengepalkan tangannya ke tembok.
Bu Suci berdiridan menepuk pundak Aldi. "Masalahmu memang cukup berat. Bangkitlah dan kuatkan dirimu untuk menghadapinya! Aku dan teman-temanmu akan menemanimu".




Tidak ada komentar:

Posting Komentar